Friday 17 June 2016

Percakapanku Dengan Anak Lelakiku

"Jadi manusia itu mestinya gimana sih Pa?" tanya salah satu anak laki-lakiku suatu hari. Saya terdiam sebentar, sambil memandangi wajah anak saya dengan sedikit takjub akan pertanyaannya. Anak saya terlihat seperti tidak sedikitpun menyadari bahwa pertanyaannya itu adalah pertanyaan penting yang banyak dilupakan banyak orang di dunia ini. Sambil duduk di bangku dia terlihat sibuk memainkan gadget nya. Sekalipun terkesan dia tidak perduli dengan pertanyaannya tersebut, tetapi saya paham betul bahwa pertanyaan itu tidak keluar begitu saja dari mulutnya. Pasti ada sesuatu yang mendorongnya untuk menanyakan pertanyaan itu.

"emangnya kenapa?" tanya saya. Anak saya mengangkat wajahnya memandang saya sambil kedua tangannya tetap memegang gadget lalu berkata: "Yaa, kok orang lain kayaknya sibuk banget mesti ikut ini, ikut itu, mesti begini, mesti begitu, gak boleh ini, gak boleh itu!". Saya tersenyum, "Trus kenapa?" tanya saya lagi. "Yaa heran aja kok Bapa jarang banget ngelarang-larang atau nyuruh-nyuruh mesti begini begitu!" jawab anak saya sambil kembali menundukkan wajahnya memainkan gadget.

Sambil tersenyum saya berkata ringan pada anak saya: "Jadi manusia itu gak sulit kok, gampang banget. Yang penting dimanapun kita berada, kita harus menjadi manusia yang selalu bisa memberikan manfaat atau jadi manfaat buat segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Dan kalaupun kita tidak mampu memberikan manfaat atau jadi manfaat, ya usahakan kita tidak menjadi sesuatu yang merusak, mengganggu atau bikin gak nyaman segala sesuatu yang ada di sekitar kita!".

Anak saya menghentikan permainan gadgetnya dan menatap saya bingung. "maksudnya gimana Pa?" tanyanya. Saya tertawa kecil menyadari kebingungan anak saya dalam memahami apa yang saya ucapkan. Sambil beringsut mundur menyandarkan punggung ke tempat duduk saya kemudian bertanya: "Gampangnya gini deh, sekarang kita ada di mana?". "Di mall, lagi nungguin pesanan makanan!" jawab anak saya dengan polosnya. "Nah, apa yang mesti kita lakukan agar kita tidak menjadi sumber ketidaknyamanan orang lain yang juga sedang berada disini?" tanya saya kemudian.

Sambil mengernyitkan dahinya, anak saya kemudian menjawab: "ya, nggak bikin ribut atau berisik lah karena nanti kan orang keganggu, trus nggak gangguin orang lain atau bikin kesel orang yang ada disini!". Saya tersenyum"Trus, apa lagi?", tanya saya kembali. "hmm apa lagi yah. Gak marah-marah sama pelayan!" jawabnya sambil tersenyum tetapi matanya melirik ke arah meja seberang dimana terlihat seorang ibu muda tampak sedang memarahi pelayan. Tidak begitu jelas saya mengapa ibu muda tersebut memarahi pelayan laki-laki tersebut. Tetapi saya sempat mendengar ibu muda tersebut meneriakkan kalimat "Dasar pelayan bodoh. Saya kan sudah pesan dan ingatkan tadi jangan pakai garam!".

Yang pasti saat itu semua mata pengunjung yang sedang duduk menikmati makanan di food court Mall terkenal di Bandung ini tertuju pada ibu muda dan pelayan tersebut. Melihat peluang baik untuk memberikan kesadaran pada anak saya tentang topik yang sedang kami bicarakan tadi, kemudian saya bertanya: "Kira-kira ibu-ibu itu sadar nggak jika kemarahannya itu ngeganggu orang lain?". Anak saya dengan santainya menjawab: "kayaknya enggak deh pa!", sambil tersenyum dan tertawa kecil.

"Nah, seandainya ibu itu tahu bahwa sebagai manusia seharusnya dia berusaha untuk ngejadiin dirinya sesuatu yang bermanfaat buat sekitarnya. Kira-kira apa yang semestinya dilakukan ibu-ibu itu?". Saya bertanya perlahan kepada anak saya yang sudah meletakkan gadgetnya di atas meja. "Ya, kan bisa bilang aja baik-baik sama pelayannya kalau makanannya pakai garam dan minta tuker aja!", jawab anak saya sambil kembali matanya melirik ke arah meja seberang dengan pandangan sebel. "Jadi gak perlu marah-marah yah seharusnya?", lanjut saya lagi bertanya padanya. "ya, enggak lah. Ngapain marah-marah. Malu diliatin semua orang. Lagian kata Mbab kan kalau kita marah-marah maka kita jadi bodoh, karena banyak sel-sel otak yang mati saat kita marah-marah!", jawab anak saya nyerocos dengan ciri khasnya.

Saya tersenyum dan puas mendengar jawaban dan perbincangan singkat tersebut. Topiknya memang sedikit berat bagi anak-anak seumurnya, tetapi sebagai orang tua kita harus mampu menerangkan apa yang ingin diketahuinya dengan cara yang mudah untuk diterima anak seusianya.
.
Semoga bermanfaat.

(KG)

sumber : KGers Community


“Kebanyakan mereka tidak mau mempelajari konsep dasar, yang notabene hanya bisa diperoleh dengan belajar (membaca) dan saya pikir seorang champ tidak akan melakukan sesuatu yang dilakukan banyak orang kan?” ~ KG

0 komentar:

Post a Comment