"Jadi
manusia itu mestinya gimana sih Pa?" tanya salah satu anak laki-lakiku
suatu hari. Saya terdiam sebentar, sambil memandangi wajah anak saya dengan
sedikit takjub akan pertanyaannya. Anak saya terlihat seperti tidak sedikitpun
menyadari bahwa pertanyaannya itu adalah pertanyaan penting yang banyak
dilupakan banyak orang di dunia ini. Sambil duduk di bangku dia terlihat sibuk
memainkan gadget nya. Sekalipun terkesan dia tidak perduli dengan pertanyaannya
tersebut, tetapi saya paham betul bahwa pertanyaan itu tidak keluar begitu saja
dari mulutnya. Pasti ada sesuatu yang mendorongnya untuk menanyakan pertanyaan
itu.
"emangnya
kenapa?" tanya saya. Anak saya mengangkat wajahnya memandang saya sambil
kedua tangannya tetap memegang gadget lalu berkata: "Yaa, kok orang lain
kayaknya sibuk banget mesti ikut ini, ikut itu, mesti begini, mesti begitu, gak
boleh ini, gak boleh itu!". Saya tersenyum, "Trus kenapa?" tanya
saya lagi. "Yaa heran aja kok Bapa jarang banget ngelarang-larang atau nyuruh-nyuruh
mesti begini begitu!" jawab anak saya sambil kembali menundukkan wajahnya
memainkan gadget.
Sambil
tersenyum saya berkata ringan pada anak saya: "Jadi manusia itu gak sulit
kok, gampang banget. Yang penting dimanapun kita berada, kita harus menjadi
manusia yang selalu bisa memberikan manfaat atau jadi manfaat buat segala
sesuatu yang berada di sekitar kita. Dan kalaupun kita tidak mampu memberikan
manfaat atau jadi manfaat, ya usahakan kita tidak menjadi sesuatu yang merusak,
mengganggu atau bikin gak nyaman segala sesuatu yang ada di sekitar
kita!".
Anak saya
menghentikan permainan gadgetnya dan menatap saya bingung. "maksudnya
gimana Pa?" tanyanya. Saya tertawa kecil menyadari kebingungan anak saya
dalam memahami apa yang saya ucapkan. Sambil beringsut mundur menyandarkan
punggung ke tempat duduk saya kemudian bertanya: "Gampangnya gini deh,
sekarang kita ada di mana?". "Di mall, lagi nungguin pesanan
makanan!" jawab anak saya dengan polosnya. "Nah, apa yang mesti kita
lakukan agar kita tidak menjadi sumber ketidaknyamanan orang lain yang juga
sedang berada disini?" tanya saya kemudian.
Sambil
mengernyitkan dahinya, anak saya kemudian menjawab: "ya, nggak bikin ribut
atau berisik lah karena nanti kan orang keganggu, trus nggak gangguin orang
lain atau bikin kesel orang yang ada disini!". Saya tersenyum"Trus,
apa lagi?", tanya saya kembali. "hmm apa lagi yah. Gak marah-marah
sama pelayan!" jawabnya sambil tersenyum tetapi matanya melirik ke arah
meja seberang dimana terlihat seorang ibu muda tampak sedang memarahi pelayan.
Tidak begitu jelas saya mengapa ibu muda tersebut memarahi pelayan laki-laki
tersebut. Tetapi saya sempat mendengar ibu muda tersebut meneriakkan kalimat
"Dasar pelayan bodoh. Saya kan sudah pesan dan ingatkan tadi jangan pakai
garam!".
Yang
pasti saat itu semua mata pengunjung yang sedang duduk menikmati makanan di
food court Mall terkenal di Bandung ini tertuju pada ibu muda dan pelayan
tersebut. Melihat peluang baik untuk memberikan kesadaran pada anak saya
tentang topik yang sedang kami bicarakan tadi, kemudian saya bertanya:
"Kira-kira ibu-ibu itu sadar nggak jika kemarahannya itu ngeganggu orang
lain?". Anak saya dengan santainya menjawab: "kayaknya enggak deh
pa!", sambil tersenyum dan tertawa kecil.
"Nah,
seandainya ibu itu tahu bahwa sebagai manusia seharusnya dia berusaha untuk
ngejadiin dirinya sesuatu yang bermanfaat buat sekitarnya. Kira-kira apa yang
semestinya dilakukan ibu-ibu itu?". Saya bertanya perlahan kepada anak
saya yang sudah meletakkan gadgetnya di atas meja. "Ya, kan bisa bilang
aja baik-baik sama pelayannya kalau makanannya pakai garam dan minta tuker
aja!", jawab anak saya sambil kembali matanya melirik ke arah meja
seberang dengan pandangan sebel. "Jadi gak perlu marah-marah yah
seharusnya?", lanjut saya lagi bertanya padanya. "ya, enggak lah.
Ngapain marah-marah. Malu diliatin semua orang. Lagian kata Mbab kan kalau kita
marah-marah maka kita jadi bodoh, karena banyak sel-sel otak yang mati saat
kita marah-marah!", jawab anak saya nyerocos dengan ciri khasnya.
Saya
tersenyum dan puas mendengar jawaban dan perbincangan singkat tersebut.
Topiknya memang sedikit berat bagi anak-anak seumurnya, tetapi sebagai orang
tua kita harus mampu menerangkan apa yang ingin diketahuinya dengan cara yang
mudah untuk diterima anak seusianya.
.
Semoga
bermanfaat.
(KG)
sumber : KGers Community
“Kebanyakan mereka tidak mau mempelajari konsep dasar, yang notabene hanya bisa diperoleh dengan belajar (membaca) dan saya pikir seorang champ tidak akan melakukan sesuatu yang dilakukan banyak orang kan?” ~ KG
0 komentar:
Post a Comment