Friday 17 June 2016

Kecerdasan dan Topik Bicaramu

Mengapa banyak orang menyukai membicarakan keburukan atau kekurangan orang lain?

Penyebabnya adalah karena kita terlatih untuk melihat, mengamati, mencatat dan mengingat keburukan atau kekurangan orang lain sejak kita kecil.

Siapa yang melatihnya? Orang tua, keluarga dan lingkungan kita lah yang melatih kita sehingga kita semua sangat mahir dan piawai menemukan keburukan atau kekurangan orang lain. Amati saja ketika kita atau teman kita menceritakan keburukan atau kekurangan orang lain. Suara, intonansi, susunan katanya seakan-akan menunjukkan kita atau orang tersebut sangat menguasai materi yang dibicarakannya.

Inget-inget deh, ketika kecil kita diajarkan untuk tidak meniru perbuatan buruk yang suka dilakukan anak lain.

"Jangan mukul atau memecahkan barang seperti si fulan ya nak, itu gak baik!".
"Jangan suka nangis kayak si fulan ya nak, itu nggak baik"

Susunan kalimat yang orang tua ajarkan atau ucapkan pada kita sepintas terkesan MULIA. Tetapi perhatikan deh, di balik kalimat tersebut ada pembanding yang mengarahkan secara langsung ke anak lain. Dan tanpa sadar orang tua kita sudah mengajarkan sesuatu yang sangat fatal pada kita.

Apakah itu ? Perhatikan deh, secara langsung kita sudah diajarkan untuk mengamati hal buruk anak lain untuk tidak di tiru. Bertahun-tahun, berulang-ulang kita di doktrin seperti itu. Kita emang diajarkan untuk tidak melakukan hal buruk, tetapi kita menjadi sangat terlatih untuk menemukan keburukan atau kekurangan orang lain sebagai dampaknya.

Itulah mayoritas kita semua saat ini. Sangat piawai dan sangaaaat terlatih mendeteksi keburukan atau kekurangan orang lain. Mengechecknya gampang, bandingkan dengan kemampuan kita dalam menemukan kebaikan seseorang deh. Kecepatan dan banyaknya informasi yg kita hasilkan jauuuuuuuh bedanya. Kenapa? Karena kita tidak terlatih melihat atau menemukan kebaikan orang lain.

Saat kita beranjak dewasa, mulailah kehidupan sosialisasi menjadi salah satu kebutuhan kita. Kita butuh bergaul, berteman dan berinteraksi dengan orang lain. Bergaul, berteman dan berinteraksi dengan orang lain ini dilakukan dengan cara berkomunikasi.

Nah, saking terlatihnya kita dalam menemukan informasi dan merekam segala keburukan dan kekurangan orang lain, akhirnya memory di kepala kita penuh dengan data-data tersebut saat kita bergaul.

Nah, sekarang bayangkan saat kita berinteraksi atau bersosialisasi ini kita kehabisan topik yang mesti di bicarakan. Karena data-data keburukan orang lain sajalah yang tersisa di memory, maka jadilah itu menjadi topik yg dibicarakan.

Saat membicarakan keburukan orang lain, mentertawakannya, mengejeknya, mencelanya kita merasa sangat nyaman. Mengapa? Karena cadangan atau referensi topiknya banyak sekali di memory kita dan kita menguasai topik tersebut dengan sangat fasih. Hasilnya, pembicaraan kita mengalir dengan sangat lancar.

Nah, dalam berkomunikasi kita cenderung untuk berbicara mengenai hal-hal yang kita kuasai, yang referensinya banyak kita miliki. Nah, ketika kita hobby dan selalu membicarakan keburukan atau kekurangan orang lain, maka ini artinya data atau referensi di kepala kita adanya cuman itu. Nggak ada referensi lain.

Perhatikan saja orang-orang di sekitar kita yang hobby dan sangat menyukai ngobrolin keburukan atau kekurangan orang lain. Mereka cenderung memiliki tingkat kecerdasan rendah. Referensinya terbatas. Bahasa halusnya orang-orang ini sebenarnya bodoh. Karena hanya orang bodoh, dungu dan ber IQ rendah saja yang kehabisan topik untuk dibicarakan.

Nah, lebih gilanya lagi. Orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini kebanyakan justru merasa sangat cerdas, merasa memiliki banyak informasi dan berpengetahuan luas dengan informasi-informasi keburukan dan kekurangan orang lain yang di milikinya.

Saking bodohnya, orang yang suka membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain ini juga tidak pernah menyadari dampak atau akibat dari keburukan yang dibicarakannya terhadap orang yang mendengar dan orang yang dibicarakan keburukannya.

Si orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini tidak tahu bahwa keburukan yang di bicarakannya akan menambah referensi keburukan orang lain bagi yang mendengarkannya, membuat yang mendengarkannya menjadi tidak suka, membuat yang mendengar dapat kehilangan respect terhadap orang di bicarakan keburukannya dan lain sebagainya.

Si orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini juga tidak tahu bahwa keburukan yang di sebarkannya jika sampai di ketahui oleh orang yangg di bicarakan keburukannya, dapat membuat orang yang di bicarakan tersebut merasa malu sehingga orang tersebut kesulitan dalam bersosialisasi. Bahkan sering kita dengar berita, saking malunya seseorang karena aib nya tersebar bahkan sampai bunuh diri. Atau mungkin saja malah membuat orang yang dibicarakan keburukannya tersebut justru memicunya menjadi semakin buruk.

Si orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini karena saking dungunya gak pernah menyadari itu, sehingga mereka cenderung terus melakukannya.

Menariknya lagi, manusia itu cenderung untuk berada di lingkungan yang memiliki kesamaan. Jadi lingkungan si orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini dapat dipastikan adalah lingkungan yg berisikan orang-orang yg memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah.

Yang mendengarkan dan menikmati celotehan si orang bodoh, dungu dan memilikin kecerdasan rendah ini pastinya sama saja. Kenapa? Karena dia membiarkan memory nya dipenuhi data-data keburukan dan kekurangan orang lain yg di dengarnya.

Hanya orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah saja yang membiarkan memory nya dipenuhi data keburukan dan kekurangan orang lain.

Hanya orang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah saja yang tidak mengetahui bagaimana data atau informasi yang ada di memory nya mampu membuat AKAL nya menghasilkan persepsi yang dapat membuat dirinya tidak mampu melihat segala sesuatu apa adanya.

Nah.. si bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah ini di sebutnya si tukang gunjing. Kenapa bergunjing itu di larang kita sekarang sedikitnya punya gambaran akibat yang bisa dihasilkannya baik terhadap diri kita, orang lain yang mendengar dan orang yang diceritakan keburukannya. Artinya jika kita berbuat ghibah minimal sudah ada 3 semesta yang kita kacaukan hanya dengan bercerita tentang keburukan dan kekurangan orang lain.

Perilaku seperti ini adalah hal yang sangat sulit dilakukan oleh orang-orang yang memang mengenal Sang Maha Pencipta. Mengapa? Karena orang yang mengenal Sang Maha Pencipta bukanlah orang yang bodoh, dungu dan memiliki kecerdasan rendah. Orang-orang yang mengenal Sang Maha Pencipta adalah orang yang memiliki kecerdasan tinggi.

Mengenal Sang Maha Pencipta itu membutuhkan kecerdasan kok. Lha untuk memahami dan mengenal ciptaan-Nya saja butuh kecerdasan lho. Coba deh pahami dan kenali sebutir kerikil saja, untuk bisa memahami bagaimana kerikil kecil itu bisa keras, padat, memiliki warna dan sebagainya butuh kecerdasan. Kecerdasan hanya muncul pada orang yang tahu bagaimana memanfaatkan AKAL nya secara maksimal. Orang yang mampu memanfaatkan AKAL nya adalah orang yang mengenal dirinya sebagai manusia secara detail.

Lalu apa yang mesti kita lakukan? Isi memory kita dengan data dan informasi yang dapat membantu kita untuk memahami alam semesta ini. Mengapa? Karena tugas kita sebagai manusia adalah 'Menjaga dan memelihara alam semesta'. Artinya yaaa kita mesti paham segala sesuatu yang ada di alam semesta kita ini dong.

Bukankah lucu jika kita bilang bahwa kita paham tugas kita sebagai manusia yaitu "menjaga dan memelihara alam semesta" tetapi sedikitpun kita tidak tahu segala sesuatu yg ada di sekitar kita?

Apa saja yang ada di sekitar kita atau alam semesta kita? Banyaaaaaaak sekali. Lihat saja di sekitar kita. Lalu tanyakan diri kita apakah kita tahu listrik yang kita pakai untuk mencharge hp ini seperti apa? Apakah kita paham manusia lain yang ada di dekat kita itu apa? Apakah kita paham pohon dan bunga yang ada di halaman kita itu apa?

Urut saja, ada banyak hal yang seharusnya bisa kita isi ke memory kita. Dan jika kita melakukan ini, jangankan membicarakan keburukan orang lain, di perlakukan buruk oleh orang lain saja kita gak akan sempet untuk sakit hati atau marah deh...

Lalu bagaimana sikap kita jika ada teman yang mengajak curhat atau membicarakan keburukan orang lain? TOLAKLAH DENGAN TEGAS DAN PERLIHATKAN KETIDAKSUKAAN KITA.

Mengapa? Karena apa yang dilakukannya tersebut akan menghancurkan kita, artinya sepantasnya lah jika kita menunjukkan ketidaksukaan kita. Hal ini juga untuk memperlihatkan dan menyadarkan orang tersebut bahwa yang dilakukannya tersebut sangat-sangat buruk.

Keburukan dan kekurangan orang lain bukanlah bahan untuk disebarkan ke orang lain, tetapi justru itu adalah pekerjaan bagi kita untuk memperbaikinya. Dan kita tentu saja harus menjaganya. So, hindari segala perilaku dan tindakan yang dapat mengkebiri kemampuan AKAL kita untuk dapat mengenal Sang Maha Pencipta.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi.

(KG)

sumber : KGers Community


“Kebanyakan mereka tidak mau mempelajari konsep dasar, yang notabene hanya bisa diperoleh dengan belajar (membaca) dan saya pikir seorang champ tidak akan melakukan sesuatu yang dilakukan banyak orang kan?” ~ KG

0 komentar:

Post a Comment