Monday 11 July 2016

Arti Teman by KG

Tadi siang beberapa saudara datang ke rumah. Seperti biasa obrolan mengalir dengan lancarnya dari satu topik ke topik lainnya. Obrolan paling banyak adalah seputar mendidik anak dan mengatasi perilaku buruk masing-masing.

Dari semua topik yang kami bicarakan ada satu topik yang menggelitik untuk coba aku tuliskan disini. Topiknya tentang arti seorang teman bagi kita. Dalam banyak kasus, kita kebanyakan sebenarnya nggak paham-paham amat pengertian 'teman' yang sebenarnya. Orang yang baru kita kenal, seringkali kita sebut juga sebagai teman, padahal seharusnya kita menyebutnya sebagai kenalan.

Teman dalam pengertian yang saya pahami adalah orang lain yang tidak segaris darah dengan saya, tetapi memiliki kedekatan yang sama dengan orang-orang yang segaris darah dengan saya. Atau dengan kata lain, 'teman' bagi saya adalah saudara-saudara saya yang tidak memiliki kekerabatan langsung dengan saya.

Teman bagi saya adalah bagian dari diri saya, artinya senang dan susahnya Teman saya adalah senang dan susahnya saya juga. Dan apapun yang dilakukan 'Teman' tadi asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal dan norma-norma hukum adalah sebuah kewajiban bagi saya untuk mendukungnya secara total, sesuai kemampuan yang saya miliki tanpa menelantarkan kewajiban saya yang utama pada keluarga saya.

Tetapi apa yang terjadi dengan kebanyakan orang yang saya anggap sebagai teman, mayoritas tidak memiliki pengertian yang sama dengan apa yang saya pahami sebagai 'teman'. Contoh sederhana deh, dulu saya pernah menawarkan sebuah produk pada seseorang yang saya anggap teman. Apa yang terjadi? Produk saya ditawar serendah-rendahnya senilai HPP, yang berarti nggak ada keuntungan sedikitpun bagi saya yang menawarkannya.

Pertama kali mengalami hal ini agak shock juga. Karena yang saya pahami 'teman' itu seharusnya tidak seperti itu. 'Teman' yang saya pahami dalam kasus seperti itu adalah bersikap membantu dan memudahkan, bukannya menguras habis-habisan. Tetapi itulah kenyataannya. Dan dari waktu ke waktu saya banyak menemukan orang-orang yang saya anggap 'teman' dan juga menganggap saya sebagai 'teman' selama ini ternyata bukanlah 'teman' sebagaimana pengertian yang saya pahami. pengertian kami ternyata berbeda.

Teman bagi mereka ternyata pengertiannya adalah seseorang yang bisa diambil manfaatnya semata. Menyedihkan banget. Nah, disinilah awal saya mulai merenungkan mencoba mencari tahu penyebab mengapa pengertian dan nilai-nilai dalam 'berteman' yang saya pahami berbeda dengan mereka. Dan hasilnya ternyata mentok ke lingkungan dan masa kecil lagi, artinya lingkungan seperti keluarga dan sekolah serta kehidupan masa kecil sangat mempengaruhi terbentuknya pengertian 'teman' ini dalam diri kita.

Umum banget yah jawabannya... hehehe But ada yang menarik jika dikaitkan ke masa kecil. Iseng saya pernah bertanya ke seseorang yang saya anggap 'teman', tetapi pengertian 'teman' nya berbeda dengan yang saya pahami. Jadi iseng saya tanyain masa kecilnya besar dengan buku-buku bacaan apa sih?. Jawabannya ternyata berbeda dengan yang saya harapkan, dia besar dengan bacaan majalah Bobo, Anita, Nick Carter, Anny Arrow dan sebagainya. Wew... horor banget kan? Dan beda banget dengan saya.

Ketika dia bertanya saya besar dengan buku-buku apa, saya hanya bilang masa kecil saya besar dengan buku-buku series Lima Sekawan, series Pasukan Mau tahu, series Winnetou dan Old Shaterhand, series silat Kho Ping Ho dan lainnya yang sejenis. Dari sini secara subjective (karena samplenya cuman satu orang) saya menyimpulkan sementara "mungkinkah bacaan kami saat kecil mempengaruhi pengertian dan pemahaman kami tentang 'Teman'?".

Ada perbedaan menyolok dari nilai-nilai yang diajarkan di buku-buku bacaan kecil kami. Buku-buku yang saya baca banyak mengajarkan nilai pertemanan dan persahabatan itu sebagaimana yang saya pahami hingga saat ini. Teman adalah saudara yang tidak memiliki kekerabatan. Saudara artinya hubungan pertemanan ini sudah layaknya hubungan antar saudara kandung. Susah sama dipikul ringan sama dijinjing.

Teman membangun usaha kita bantu dengan membantu mempromosiin atau membeli dagangannya dengan harga yang minimal sama dengan umum lah atau lebihkan lah dikit, bukannya ditawar serendah-rendahnya dengan berdalih "kan kita teman masa lu mau nyari untung juga ke teman?". Teman bermasalah kita bantu semampu kita menyelesaikannya, bukannya malah membiarkannya sendirian menghadapinya. Teman punya aib kita lindungi dan tutupi dari orang lain dan kemudian kita berusaha menyadarkannya untuk tidak mengulangi aib itu kembali, bukannya malah kita sebarin aibnya atau kita malah menjauhinya. Itulah nilai-nilai yang tertanam dalam diri saya hingga saat ini dari buku-buku yang saya baca di masa kecil.

Apakah emang sebesar itu pengaruh bacaan saat kita kecil dalam mendefenisikan sesuatu ?

(KG)


“Kebanyakan mereka tidak mau mempelajari konsep dasar, yang notabene hanya bisa diperoleh dengan belajar (membaca) dan saya pikir seorang champ tidak akan melakukan sesuatu yang dilakukan banyak orang kan?” ~ KG

0 komentar:

Post a Comment